Sabtu, 25 September 2010

pikir panjang

Ketika berbelanja di Petaling, Malaysia, gue sempat bersitegang dengan penjual souvenir disana. Bagaimana tidak, sang ayah menawar salah satu barang, si penjual tidak setuju dengan harga yang ditawar, tapi nada bicaranya seperti memaki-maki sang ayah. Langsung saja gue tanggapi, dengan bahasa yang bisa dimengerti si penjual, kepada sang ayah dan ibu ”udah jangan ditanggepi, ini orang gila! Sedang stress atau kambuh sakitnya! Jangan diladeni!”. Sembari pergi, gue masih dengan si penjual ngoceh2, dan sebelum jauh melangkah gue acungkan jari tengah di tangan kanan gue, menghadap ke muka dia(pastinya dia liat!). Selepas itu, gue memang puas, lega bisa nyakitin itu penjual. Kurang ajar sih emang, gimana mau laku kalo jualan ngomel2. Tidak sampah 45 langkah gue jalani, gue diingatkan pada satu kondisi. Inikah yang gue lakukan sebagai orang yang konon katanya beragama? Bagaimana dengan prinsip “WWJD”? Apakah sang J akan mengacungkan jari tengah jika ada di kondisi gue.


Damn, penyesalan memang datang setelahnya. Sembari berjalan gue berimajinasi. Mungkin saja si penjual yang adalah seorang ibu, baru saja diputus cerai sama sang suami, sehingga temperamennya tidak menentu. Bisa jadi si ibu penjual sedang menghadapi masalah ekonomi yang membelit, sehingga berjualan pun dia bisa marah-marah. Atau saja ibu dari si penjual baru saja meninggal, yang membuat dia begitu kehilangan. Kemungkinan apa saja bisa terjadi, namun yang pasti apa yang sudah gue lakukan itu adalah salah.

Sudah seringkali gue berkata kepada diri sendiri, “Jo, pikir matang2 dulu sebelum bertindak”, namun dikala emosi sedang berkecamuk, akal-sehat pun tidak lagi bekerja. Dan bisa ditebak hasilnya, gue pasti menyesal karena tidak berpikir panjang. Hal yang sama terulang di cerita uang receh, dimana gue sendiri pun kembali secara ofensif menyampaikan kata-kata yang tidak pantas kepada si juru parkir. Lantas apa solusi yang harus gue lakukan, agar kejadian yang sama tidak terulang lagi? Hal yang sejauh ini gue praktekkan adalah dengan repetisi kalimat kapanpun gue ingat. Kalimat itu adalah “ pikir panjang dahulu, sebelum anda bertindak”. Terus diulang-ulang, terlebih ketika sedang mengendarai motor. Niscara(semoga gitu loh), kejadian yang sama tidak akan terulang lagi untuk kesekian kalinya, dan tidak perlu ada perasaan guilty yang harus gue alami. Semoga . . .

Read more...

uang receh

Didalam laci meja belajar gw, ada sebuah kotak yang berisikan uang-uang receh, mulai dari pecahan Rp.25-200 perak dikumpulkan disana. Sedangkan untuk pecahan uang koin Rp.500 ada tempat tersendiri. Sekian lama dikumpulkan, ternyata jumlah semakin banyak. Lantas gw berpikir apa yang bisa dilakukan dengan uang pecahan koin ini? Akhirnya gw berpikir untuk mencoba memakainya untuk pembayaran uang parkir. Percobaan pertama , GAGAL. Yang ada gw sempat bersitegang dengan si kasir parkir, karena tarif parkir sebesar Rp.500 gw bayar dengan pecahan Rp.50 sejumlah 10keping. Dia bersikukuh menyatakan tidak bisa diterima, oleh kantor lah, oleh apalah. Gw yang Bengal pun bebracot ria dengan menyatakan Bank Indonesia sendiri belum mencabut keabsahan uang koin sebagai alat pembayaran yang sah. Selang beberapa saat, gw mengalah daripada makin panjang antrian. !0 keping Rp.50 gw taruh di depan dia. Sembari jalan, gw berkata “tuh sedekah buat lo!”. Agak ofensif memang, dan seperti biasa. Gw baru menyesal akan tingkah laku gw sesaat kemudian.

Beberapa hari lalu, dosen gw sempat berbicara mengenai gaji yang diperoleh kalangan pekerja yang sering dianggap sebelah mata. Kebetulan sedang membahas masalah perumahan. Mereka dengan gaji UMB(sekitar 1,3 juta perbulan) bagaimana bisa membeli rumah, dimana KPR minimal saja 3juta. Ketika merenung sejenak selepas pembayaran parkir,gw inget tentang penjelasan dosen gw tsb. Alangkah tidak terpujinya perbuatan gw tersebut, mereka pekerja dengan gaji pas-pas an, harus berhadapan dengan konsumen rese seperti gw. Ck4, seperti biasa. Penyesalan selalu datang terlambat man!

Percobaan kedua mengenai uang receh gw lakukan lagi, kali ini tarif Rp.1000 rupiah gw bayar pake uang koin Rp.100 sebanyak 100 keping, dan sama. Tidak mau diterima. Prett, jadi kesel lagi. Tapi gw belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Maklum, Cuma beda 2 jam dari kejadian pertama. Kali ini gw sodorkan saja Rp.50.000 untuk membayar dan gw ucapkan terimakasih. Tak disangka, petugas parkir yang tentunya juga kesal gw bayar pake 50rb, membalas dengan “kembali pak”. Ck3, ternyata ketika kita melakukan sesuatu yang buruk kepada orang lain, impact yang sama juga kembali ke kita.vice versa.

Melihat kenyataan diatas, lantas membuat gw berpikir. Apa yang bisa dilakukan recehan Rp.50-200 ini?? Buat parkir pun ga laku. Iseng2 gw melakukan percobaan. Segepok uang koin campuran Rp.50-100 gw buang didepan jalan masuk ke gang gw, sembari melihat ada sekelompok anak2 yang berjalan kearah jalan masuk ini. Setelah gw lempar dan memastikan bahwa pastilah anak2 itu yang akan mengambilnya, gw masuk dan menunggu. Malam jam7, ketika mau pergi keluar, ditempat gw buang uang koin, ternyata sudah bersih. Alias tentunya sudah diambil anak2 tersebut. Gw berkesimpulan, uang recehan ternyata masih berguna. Setidaknya ketika anak2 pergi jajan minuman , uang receh pasti dipakainya untuk belanja. Dengan anak2 belanja saja, ada barang yang dibeli dan penjual akan untung. Dengan naiknya angka penjualan, maka taraf hidup dan daya beli si penjual akan naik, yang nantinya berimbas pada perbaikan ekonomi masyarakat grass-root . Hmm, tidak disangka, efek uang receh bisa sedemikian juga. :D

Read more...

Selasa, 21 September 2010

HOME-less

HOme, salah satu tema tulisan gw dalam blog ini. Sebuah rumah, tempat, lokasi dimana gw belajar untuk bisa berbagi dan mengimplementasikan kasih secara nyata di kota Jakarta. Sempat struggling untuk berdiri di tempat itu lagi, namun entah mengapa passion yang selama ini tertanam mulai redup. Janji yang gw buat untuk survive disana, tidak mampu menyalakan kembali passion yang sudah padam. Bberapa kali sempat gw kesana, sudah tidak ada siapa2. Seolah2 menjadi rumah tak bertuan. Harus gw akui, kali ini janji harus gw langgar. Gw ga bisa bertahan di Home yang tidak jelas statusnya, apalagi setelah mendengar beberapa hal yang cukup membuat gw beralasan untuk angkat kaki dari sana.
Namun, tidak serta merta pelayanan gw ditinggalkan begitu saja. Yang namanya jojo, pasti ada aja yang dikerjain. Bisa aja nemu hal2 baru yang menantang untuk dikerjakan. Tentu sudah tidak asing dengan yang namanya lembaga Open Doors, lembaga yang mendukung, berdoa, dan berjuang bagi orang, keluarga, gereja yang dianiaya karena iman mereka kepada Kristus. Bulan lalu sempat diajak oleh salah satu teman untuk ikut di kebaktian doa Open Doors di salah satu daerah di ibukota. Pemaparan visi dan misi membuat gw kembali semangat. Gw bukan tipikal orang yang didalam pelayanan adalah duduk dan merenung, kalo bahasa kasarnya gw ini kuli lapangan. Open Doors sepertinya suatu wadah yang bisa menampung gaya gw yang suka turun ke lapangan, ngurus dan kepo sana sini dan bisa memprovide ladang pelayanan bwt gw. So, mungkin di tulisan2 berikutnya, tema pelayanan adalah mengenai OpenDoors, bagaimana menjangkau anak2 muda untuk mau peduli, berdoa bahkan bisa membantu saudara2 seiman yang teraniaya karena iman kepercayaan kepada Kristus. Wah, mendengarnya saja gw uda semangat, apalagi menjalaninya, tentu lebih semangat. Yap, kali ini gw sedang berapi2, semoga api tak lekas padam..
:D

Read more...

Kamis, 16 September 2010

trip abroad

this is my journey, ma men!! bon voyage!!


Bulan ini, akhirnya gw(dan keluarga) berkesempatan bisa jalan liburan keluar negeri. Trip selama 7 hari 6 malam ini mengunjungi 3 negara, Singapore, Thailand, dan Malaysia. Dan inilah perjalanan pertama gw keluar negeri(kalo orang tua gw mah uda sering..:D) and let the journey begin : hal yang harus diingat, gw jalan2 ga bawa celana panjang dan sepatu, so dresscode: celana pendek, t-shirt, backpack, dan sandal jepit!





Hari 1
Berangkat ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan naik air-asia(yes, the cheapest one :D), sekitar jam 2 nyampe di Changi Airport, disambut dengan dinginnya suhu pendingin ruangan yang dinyalakan sang bandara. Ketika sampai di antrian imigrasi dan tiba di giliran gw, ooow..kata sang petugas "follow me..". Dalam hati gw, bakal kasus nih. Kemungkinan appearance gw mencurigakan mereka, i'm not dressed properly,ha8. Lepas dari imigrasi, lanjutlah cari makan sore di Singapore. Selama perjalanan, disuguhi pemandangan kota yang luar biasa menarik mata. Gedung-gedung tinggi bertaburan, mobil-mobil mewah bergantian melewati mobil yang gw pakai. Selepas makan sore, gw diantar ke Marina Bay, tempat patung singa muntah(ha8..) dan dibawa city tour sejenak dan diakhiri dg menonton SOngs of The Sea @ Sentosa resort. Malam hari tiba di hotel, yang gedenya ajubilah, seukuran rumah petak dipingir rel KA. Ya sutralah, enjoy aja malam pertama di Singapore.



----------------------------------------------------------


Hari 2
Bangun pagi, sarapan banyak di hotel, krn hari ini akan habis banyak tenaga untuk ke Universal. Mirip dufan2 nya Indonesia sih, wahana permainan dimana2, lebih modern dan tentunya lebih BERSIH :D Yang berkesan disini adalah makan siang gw, masuk ke resto thailand gt, mesen ayam bakar, dikasi ayam bakar 1/2 eKOR(cost 11 SG$!) Bah, shock sejenak melihat besarnya potongan ayam gw, dan akhirnya gw baru sadar itu untuk dinikmati,ha8. Selepas Universal Studio, langung ke station bus yang akan mengantar gw ke Hatyai, Thailand. and it take 18hours --'








------------------------------------------------------------


Hari 3


Masih dalam perjalanan bus lintas negara, pagi2 harus bangun karena harus stempel passport di border(perbatasan) Malaysia(karena dari Singapore ke Hatyai via Malaysia-Johor Bahru kalo ga salah) baru masuk dan stempel lagi di border Thailand. 2x stempel ini memakan waktu 6 jam karena pas waktu liburan dan di border bener2 peak and crowded. Jam 12 sampai di hotel, yang cukup menghibur,karena hotelnya bener2 gede. Problema di Thailand adalah masalah bahasa, tulisan jarang huruf latin, semuanya garis2 yang tidak dimengerti. Sekitar jam 3, city tour dimulai. Ternyata Hatyai adalah kota kecil di Thailand, jarak ke Bangkok masih 12 jam. Selesai city tour, dibawalah ke Hansa Plaza, yang merupakan tempat show para banci. Masuk di toilet, ketika sedang posisi berdiri mau kencing, datanglah sang banci menaruh handuk hangat di pundak dan memijat2 sejenak. Mendengarnya, gw ga jadi ke toilet! Selesai nntn banci show itu, pulanglah gw ke hotel, dan menyempatkan diri jalan2 sekitar hotel sendirian cari minimart.






------------------------------------------------------------

Hari 4
Pagi hari sarapan sepuasnya di hotel, selesai sarapan city tour dimulai. Dengan tujuan Kwan Im Temple(ketika sampai, yang sembahyang rame buanget)-Songkhla-dan didrop di Odean Market di sore hari. Hujan yang sangat lebat sempat menghambat aktifitas berbelanja(gw gak belanja, karena budget dialokasikan utk WISATA KULINER, mangstabs). Ternyata Odean lebih rame kalo malam, sehingga malam hari kami pun kembali kesana untuk menikmati suasana pasar malam. Sempat menikmati sotong bakar(300baht), kelapa yang dagingnya hanya dibungkus batok kecil(30baht), dan diakhiri dengan seporsi nasi goreng yang dibeli dekat hotel(2mnit lamanya untuk menyampaikan maksud gw mau makan nasi goreng --") seharga 35baht.

------------------------------------------------------------


Hari 5
Pagi hari perjalanan ke Kuala Lumpur pun dimulai, kembali dengan menaiki bus. Diperkirakan akan sampai di Kuala Lumpur pk.6 sore waktu setempat. Namun apa yang terjadi sungguh mengerikan. Jam 12 baru nyampe!! Supir berkata "jam.jamm..jam" yap, macet bok! semua orang pulang ke KL, karena besok sudah senin, hari kerja! mati kutu deh gw di bus. Skitar jam 12 masuk Kuala Lumpur, untungnya pemandangan malah hari lumayan indah, sehingga bisa sedikit mengobati kekecewaan. Masuk hotel, dan ngorokkk.. Konklusi : seharian abis di bus!

-------------------------------------------------


Hari 6

City tour dimulai dengan hujan lebat man! Rencana untuk turun ke photostop Twin Tower di postponed, keliling2 toko coklat dan ke toko obat ali apa gt(semacam obat kuat,ha8). Dilanjutkan menuju Genting. Genting Highlands membuat gw penasaran, karena dulu ketika tinggal di aceh, banyak orang yg sudah kesana dan mengatakan Genting sangat keren dan menakjubkan. Ketika sampai disana, gilee.. kecewa gw, ternyata jelek banget. Dufan lbh bagus,ha7. Unfortunately, kereta gantung yang tersohor sedang diservis, PAS DI HARI GW KESANA! prett.. Akhirnya menunggu 4jam dg keliling resort Genting ga jelas. Mau masuk ke casino, dilarang sama satpam. Karena gw pake celana pendek dan sandal jepit!ha7. Selepas Genting, gw didrop di mall Sungei Wang(mall ga jelas jg)lanjut malam hari menyempatkan diri makan di Bk.Bintang. Sempat nyasar sejenak untuk mencari hotel, yang rupanya cukup dekat dengan sentral kota.

------------------------------------------------------






Hari 7

Hari terkahir diluar Indonesia. Selepas sarapan masih menyempatkan diri untuk jalan2 di Petaling Street, barang ga murah2 juga sih,ha7. Siang jam 12 lanjut ke KLIA(KualaLumpur International Airport) dan ditarohnya di LCCT(Low Cost Carrier Terminal, seems specially build for Air-Asia passengers), makan siang di fastfood Malaysia-MarryBrown, minyaknya ga kuning(bda sama McD disini :D) Berangkat jam 5 dan sampai di Jakarta jam 7. Sekian laporan liburan saya tahun ini..









Summary :



1.Yang gw senen dari liburan ini adalah : passport gw ada stempel dari imigrasi berbagai negara,hahay!!



2.Ga perlu bawa barang banyak2, asalkan uang memadai. ga usah takut keluar negeri(bawa aja USD $.$)



3.Nawar barang jangan kemurahan, nanti dimaki2,ha8.



4.AKhir taun ini, gw rencana backpacking ke luar.. ga puas bok di Singapore..



Read more...