Sabtu, 25 September 2010

uang receh

Didalam laci meja belajar gw, ada sebuah kotak yang berisikan uang-uang receh, mulai dari pecahan Rp.25-200 perak dikumpulkan disana. Sedangkan untuk pecahan uang koin Rp.500 ada tempat tersendiri. Sekian lama dikumpulkan, ternyata jumlah semakin banyak. Lantas gw berpikir apa yang bisa dilakukan dengan uang pecahan koin ini? Akhirnya gw berpikir untuk mencoba memakainya untuk pembayaran uang parkir. Percobaan pertama , GAGAL. Yang ada gw sempat bersitegang dengan si kasir parkir, karena tarif parkir sebesar Rp.500 gw bayar dengan pecahan Rp.50 sejumlah 10keping. Dia bersikukuh menyatakan tidak bisa diterima, oleh kantor lah, oleh apalah. Gw yang Bengal pun bebracot ria dengan menyatakan Bank Indonesia sendiri belum mencabut keabsahan uang koin sebagai alat pembayaran yang sah. Selang beberapa saat, gw mengalah daripada makin panjang antrian. !0 keping Rp.50 gw taruh di depan dia. Sembari jalan, gw berkata “tuh sedekah buat lo!”. Agak ofensif memang, dan seperti biasa. Gw baru menyesal akan tingkah laku gw sesaat kemudian.

Beberapa hari lalu, dosen gw sempat berbicara mengenai gaji yang diperoleh kalangan pekerja yang sering dianggap sebelah mata. Kebetulan sedang membahas masalah perumahan. Mereka dengan gaji UMB(sekitar 1,3 juta perbulan) bagaimana bisa membeli rumah, dimana KPR minimal saja 3juta. Ketika merenung sejenak selepas pembayaran parkir,gw inget tentang penjelasan dosen gw tsb. Alangkah tidak terpujinya perbuatan gw tersebut, mereka pekerja dengan gaji pas-pas an, harus berhadapan dengan konsumen rese seperti gw. Ck4, seperti biasa. Penyesalan selalu datang terlambat man!

Percobaan kedua mengenai uang receh gw lakukan lagi, kali ini tarif Rp.1000 rupiah gw bayar pake uang koin Rp.100 sebanyak 100 keping, dan sama. Tidak mau diterima. Prett, jadi kesel lagi. Tapi gw belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Maklum, Cuma beda 2 jam dari kejadian pertama. Kali ini gw sodorkan saja Rp.50.000 untuk membayar dan gw ucapkan terimakasih. Tak disangka, petugas parkir yang tentunya juga kesal gw bayar pake 50rb, membalas dengan “kembali pak”. Ck3, ternyata ketika kita melakukan sesuatu yang buruk kepada orang lain, impact yang sama juga kembali ke kita.vice versa.

Melihat kenyataan diatas, lantas membuat gw berpikir. Apa yang bisa dilakukan recehan Rp.50-200 ini?? Buat parkir pun ga laku. Iseng2 gw melakukan percobaan. Segepok uang koin campuran Rp.50-100 gw buang didepan jalan masuk ke gang gw, sembari melihat ada sekelompok anak2 yang berjalan kearah jalan masuk ini. Setelah gw lempar dan memastikan bahwa pastilah anak2 itu yang akan mengambilnya, gw masuk dan menunggu. Malam jam7, ketika mau pergi keluar, ditempat gw buang uang koin, ternyata sudah bersih. Alias tentunya sudah diambil anak2 tersebut. Gw berkesimpulan, uang recehan ternyata masih berguna. Setidaknya ketika anak2 pergi jajan minuman , uang receh pasti dipakainya untuk belanja. Dengan anak2 belanja saja, ada barang yang dibeli dan penjual akan untung. Dengan naiknya angka penjualan, maka taraf hidup dan daya beli si penjual akan naik, yang nantinya berimbas pada perbaikan ekonomi masyarakat grass-root . Hmm, tidak disangka, efek uang receh bisa sedemikian juga. :D

0 komentar: